Selasa, 18 Desember 2012

Bukan Emak-Emak Biasa

Rasa menyesal mulai mendera di hati. Kenapa tidak dari dulu saja, saya resign dari tempat saya bekerja. Ternyata, baru saja saya temukan arti kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup ini.  Anak-anak dan rumah. Dua kata kunci kebahagiaan yang saya cari selama ini.  Yah, sekarang saya merasa bahagia bersama anak-anak di rumah.

Banyak yang sangsi atas keputusan saya. Kata mereka, “Orang yang sudah terbiasa bekerja di luar rumah, pasti merasa jenuh jika hanya menjadi ibu rumah tangga”. Masa iya sih? Nyatanya, setelah menjadi ibu rumah tangga full time, saya justru menikmati peran baru saya ini. Mungkin belum, kata mereka lagi. Tapi, bukankah kejenuhan bisa menggerayangi siapa saja. Mau yang bertitel sebagai ibu rumah tangga ataupun yang bekerja di kantoran.

Flash back dengan pekerjaan saya yang dulu. Ketika masih bekerja. Energi, waktu, dan pikiran, rasanya terkuras sampai habis. Bahkan, sampai tidak ada ampas-ampasnya lagi deh. (halaah…lebay.com). Sampai di rumah, rasanya tulang terasa remuk redam, otak ngebul, dan tenaga tinggal sisa-sisanya buat anak dan suami. Kalau lelahnya sudah di ubun-ubun, langsung tiarap di tempat tidur. “Blasss”. Bablas sambil merajut mimpi-mimpi.  Ya ampun, emang kau kerja apa sih sampai segitunya.  Kerja rodikah?

Sebenarnya, menjadi ibu rumah tangga adalah impian saya sejak masih kecil. Walaah… kesannya ‘ketu’ banget yah. Sejak menyandang gelar sebagai seorang ibu dari seorang anak yang baru brojol ke dunia ini, saya bertekad untuk mendidik dan membesarkannya sendiri. Tanpa embel-embel pakai pengasuh. Ternyata, apa yang diimpikan saya buyar.  Ibu inginnya, saya boleh berhenti kerja, asal sudah punya rumah, punya mobil, dan punya usaha sendiri. Waduh, berat nian persyaratannya bu! Saya mengajukan somasi kepada ibu. Akhirnya dibuatlah nota kesepakatan.  Ibu punya satu syarat yang harus saya penuhi. Punya rumah dan tidak mengontrak lagi, baru boleh berhenti kerja.  Alhamdulillah dari pundi-pundi emas yang dikumpulkan, berdirilah sebuah istana yang megah nan indah. (“Huks…huks…” jadi batuk. Padahal mah,  rumah serba minimalis, hehehe..)

Kesepakatan telah terpenuhi. Tanpa banyak pertimbangan lagi.  Akhirnya, You and Me, End!

Menjadi ibu rumah tangga full time dan tidak ada asisten rumah tangga? Mantap! Ternyata tidak mudah seperti yang dibayangkan. Mengurus tetek bengek pekerjaan rumah, mengasuh anak, mengurusi keperluan anak dan suami, dan segala perintilan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, sungguh luaar binasa. Ups!

Itulah, kenapa wanita begitu mudahnya masuk surga. Cukup dengan berjihad di rumah dan mengerjakan perintahNya serta menjauhi laranganNya. Mudah kan?

Setiap tetes keringatnya akan menjadi pemberat bagi timbangan amal perbuatannya. Bagi wanita yang berhasil mencetak anak-anaknya menjadi sholeh dan sholehah, menjadi hafidz dan hafidzah, menjadi mujahid dan mujahidah, Insya Allah surga menanti.

Menjadi emak-emak di rumah. Terkesan, dengan penampilan lusuh, kucel, dan baju daster yang dekil. Kalau udah jadi emak-emak, kesannya sudah tidak sempat lagi memoles wajahnya dengan dempulan bedak. Wajahnya jadi lebih banyak terpapar dengan perona asap masakan. Parfum tubuhnya, beraroma bumbu masakan dan bau pesing dari si kecil. Pengetahuannya hanya seputar dapur, sumur dan kasur alias oon bin telmi atau kuper. “Oh… tidaaaak!”

Buat emak-emak level atas. Kesannya, sibuk-sibuk tidak jelas. Ikut arisan di sana, arisan di sini, sekedar buat rumpi-rumpi. Atau kerjaannya hanya shopping dan menghambur-hamburkan uang suami. Yang ini bukan saya banget. Hiks..hiks.

Kita buat paradigma baru. Emak-emak itu. Penampilannya keren, bajunya rapi, aroma badannya wangi, dan wajahnya kinclong. Itu baru penampilan yang oke buat emak-emak jaman sekarang. Buktikan juga kalau emak-emak itu, tidak sekedar hobi belanja dan menghambur-hamburkan uang suami. Tapi, bisa mencari ladang penghasilan buat keluarganya. Dan yang tidak kalah pentingnya.  Kutukan yang sudah melekat pada kaum hawa dari jaman ke jaman. Bahwa yang namanya emak-emak itu, senangnya gosipin orang. Kutukan itu harus dibumi hanguskan dalam diri emak-emak sekalian (Ehmmm… berasa jadi ustadzah deh). 

Buat emak-emak yang menjadi penghuni setia di rumah alias senangnya “ngendon” di rumah. Bukan berarti dia jadi “Si kuper”.  Dengan banyaknya social media dan terbuka lebarnya akses informasi di dunia maya, emak-emak bisa menjaring pertemanan sebanyak-banyaknya. Jadi, sekarang bukan emak-emak yang kuper lagi dong. "Horee…!"

Atau bisa juga mengais ilmu yang bertebaran, lewat group-group di jejaring sosial ataupun diskusi-diskusi lewat milis. Buat yang suka bisnis, dengan adanya internet, semua bisa jadi duit.  Duduk manis di rumah, duit mengalir bagaikan anak sungai,  dan pendidikan anak tetap terpantau oleh kita. Itulah para emak-emak hebat, emak-emak juara, dan emak-emak yang produktif. “Prok!….prok!….prok!” Kasih applause buat emak-emak yang hebat. Kalau saya? Huhuhu….Masih jauuuh, perjalanannya.

Banyak teman-teman saya di dunia maya, yang berhasil menjadi “seorang emak”. Mereka adalah keluarga-keluarga yang harmonis. Sukses mendidik anak, sukses menjalani bisnis, hobi dan skill  tersalurkan hingga menghasilkan uang, melebihi gaji seorang pegawai kantoran.  Kenapa saya katakan mereka berhasil menjadi “seorang emak?” Karena bagi saya, emak yang sukses tatkala ia bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi pribadi yang sholeh, berkarakter, dan berakhlakul karimah.  Dan, saya selalu pasang badan buat mendekati emak-emak model ini, biar saya tertular seperti mereka, gitu loh!

Bagaimana?  Ingin jadi emak-emak yang biasa aja, atau jadi emak-emak yang luar biasa?

14 komentar:

  1. Wow keren emak satu ini, say goodbye sama karir, demi anak-anak dan suai tercinta, mudah-mudahan istiqomah ya!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. keluarga adalah segala2nya deh. kalo uang bisa dicari, tp kalo moment bersama anak2 ga bs diulangi lagi.

      Hapus
  2. keren mbak..salam kenal dan selamat datang dikantor baru yg namanya rumah tangga :D

    BalasHapus
  3. Mak, andai aku dapat memilih.... hahahhahah saya sih dobel, ya bekerja di kantor juga di rumah tanpa asisten rumah tangga. Nggak ada pilihan, tapi dijalani keduanya hehehheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. kereen bs jalani dua"nya. Tapi, keluarga tetap nomor satu kan. hihihi

      Hapus
  4. bersyukur tiada henti mba dikau bisa ada di posisi saat ini. masih banyak ibu2 yg tetap harus bekerja utk mencukupi kebutuhan dasar rumah, dengan berbagai alasan yg tdk bisa dihakimi sbg kesalahan :) setuju??

    BalasHapus
  5. Heibaaat mba,,,,selamaaat yach sdh bisa jadi ibu RT sepenuhnya,,,aq setuju sama mba uniek kaswarganti,, aq jg mash bekerja bukan pilihan yang enak tapi memang harus dijalani,,aq aku jg tulang punggung buat ibu dan saudara2ku,,,alhamdulillah suami juga meridoinya,,,ada target untuk resign dari kantor,,,sambil merintis berbagai usaha yg bisa dijalani,,,smoga diberikan kemudahan

    BalasHapus
  6. subhanallah.. sangat menginspirasi.. boleh saya share di blog saya mba? Tanpa merubah redaksi dan mencantumkan sumber tentunya.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. silakan... makasih ya sudah berkunjung ke blog saya. Kalo boleh tau apa nama blognya? biar aku kunjung balik.

      Hapus
  7. emak luar biasa :)
    *ngikutinmakirmasenja*

    BalasHapus