Selasa, 30 Oktober 2012

Umi Pengasuh Anakku yang Sholehah (bag 1)

Sulitnya mencari pengasuh anak, pasti hampir dirasakan oleh kebanyakan ibu-ibu yang bekerja. Hal itu pun saya rasakan, ketika saya dan suami bertekad untuk memilih hidup mandiri, tidak lagi hidup bersama orang tua.

Saat liburan sekolah nanti adalah moment yang tepat untuk pindah ke kontrakan. Sebulan sebelum kepindahan kami, tentunya persiapan yang sangat penting adalah mencari seorang pembantu untuk mengasuh anak kami. Menurut saya, rentang waktu 1 bulan cukup bagi calon pengasuh untuk mendapatkan training dari saya.

Apa yang sudah saya rencanakan ternyata tidak semulus dengan kenyataannya. Semakin mendekati libur kenaikan kelas, saya belum juga mendapatkan pengasuh. Masya Allah, ternyata susah sekali ya mendapatkan pengasuh! Apalagi ditambah embel-embel si pengasuh harus yang berjilbab.

Bayangan sulitnya mencari pengasuh yang berjilbab, sudah menari-nari di pelupuk mata saya. Ya...saat itu, mencari pengasuh yang berjilbab adalah harga yang tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh saya kepada suami. Meskipun saya sudah menggambarkan realita yang ada kepadanya, tetapi suami tetap pada keinginannya

"Bisa dapat pengasuh saja sudah alhamdulillah... " Saya menyakinkan suami betapa susahnya cari pengasuh untuk sekarang ini. "Toh... dengan berjalannya waktu, kita bisa kasih nasihat dan masukan, kali aja... dia pakai jilbab" Saya mulai merayu. "Kita tidak dapat berspekulasi, nantinya ia akan pakai jilbab atau tidak." Suami mulai menasihati saya. "Dia itu akan jadi contoh buat anak kita, dari pakaiannya, tingkah lakunya, bicaranya.." Saya menyadari semua omongan suami benar adanya. Saya sering menjumpai pengasuh-pengasuh anak yang pakaiannya super ketat dengan model lengan yang sangat minim. Belum lagi ucapan-ucapan mereka yang kadang-kadang bikin kuping jadi gatal.

Sudah tanya ke sana-sini, sudah minta sama teman, minta sama pengasuhnya beberapa teman namun hasilnya masih nihil, padahal waktu kepindahan kami tinggal seminggu lagi. Saat itulah pendirian suami hampir goyah.
Akhirnya saya sedikit mendapatkan secercah cahaya dan harapan. Saya mendapatkan informasi bahwa pengasuh teman saya sedang pulang kampung. Akhirnya dengan penuh harapan, saya telepon dia dan meminta supaya dicarikan teman atau saudara di kampung untuk pengasuh anak kami. Kebetulan sekali, temannya di kampung mau jadi pengasuh anak. Alhamdulillah! Jerit saya dalam hati. Biarlah tidak berjilbab, mudah-mudahan akhlaknya baik.

Selama proses mencari pengasuh, saya mengajak suami untuk memanjatkan doa. Doa penuh harapan dan keyakinan. Betapa kami ingin mencari pengasuh anak yang berjilbab, yang amanah, yang baik akhlaknya dan begitu banyaknya harapan kami buat calon pengasuh anak kami. Doa dengan penuh kekhusyuan dan setengah meminta dengan jeritan hati. Alloh... berikan pengasuh yang terbaik buat anak kami. Kami yakin Engkau tahu siapa orangnya.

Tinggal 1 hari lagi kami pindah dan kabar itu pun datang. Saya membaca kata demi kata dari layar handphone dengan penuh deg-degan. Bunyinya seperti ini. "Maaf bu, teman saya tidak jadi ke Jakarta karena saat ini dia sedang sakit." Membaca SMS itu membuat saya kecewa. satu-satunya harapan saya kepada dia rasanya sudah kandas. "Bagaimana?" Saya menunjukkan SMS itu kepada suami. "Kita tetap akan pindah?" Suami bertanya pada saya. Ada sedikit keraguan di pelupuk matanya. "Ya Sudah... Bismillah aja, Mudah-mudahan Alloh menolong kita dari arah yang tidak kita duga-duga. " Kataku dengan nada pasrah."Betul!" Suami memberi semangat pada saya. "Kalau dibatalkan untuk pindah rasanya tidak mungkin, karena kita sudah bayar kontrakan rumah." Sambung saya lagi. Akhirnya hari kepindahan kami tiba. Jika menghitung hari, kami hanya punya waktu seminggu untuk mencari pengasuh di sekitar sini. Setelah itu, kami sudah harus bekerja lagi.

Malam harinya di kontrakan baru.

Malamnya, ketika saya sedang bermain dengan putri saya. Tiba-tiba pintu kami diketok dari luar. "Subhanallah.... baru jadi penghuni rumah ini sudah ada tetangga yang datang." Pikir saya. Saya lihat dari jendela dua orang sudah menunggu di luar. Waah, takjub juga nih. Bukannya saya yang bertandang ke rumah tetangga malah mereka yang datang ke rumah saya. Saya bukakan pintu, dan betapa kagetnya saya, ternyata tamu saya malam itu adalah teman lama saya. Kebetulan, sekarang dia tinggal tidak jauh dari rumah saya.

Setelah berbasa-basi sebentar dengan teman lama saya. Akhirnya dia mengutarakan maksud kedatangannya. "Dengar-dengar mba butuh pengasuh?, kebetulan saya punya tetangga yang bisa jadi pengasuh anak mba." Kami bersalaman, saya sedikit kikuk ketika si mba yang jilbabnya lebih panjang dari teman saya mencium tangan saya. "Wah, kebetulan sekali ! saya memang butuh pengasuh." Wajah saya jadi sumringah. "Ahamdulillah...." saya berulang-ulang mengucapkan hamdallah dalam hati. Melihat calon pengasuh anak kami, hati saya langsung cocok, melirik ke arah suami, suami menganggukan kepala tanda setuju. Harapan kami mendapatkan pengasuh yang berjilbab benar-benar terwujud.

Empat tahun sudah, si Umi pengasuh anak saya sudah menjadi bagian keluarga kami. Dia mengasuh anak kami dengan penuh kasih sayang, telaten dan sangat sabar membuat saya merasa tidak terlalu khawatir meninggalkan anak saat bekerja. Dia adalah mitra saya dalam membesarkan anak. Si Umi bukan saja sekedar pengasuh yang hanya menjalankan tugas-tugas pokoknya. Bahkan ia menjalankan peran sebagai pendidik meskipun ia bukan jebolan sarjana pendidikan. Dia mengajarkan tentang banyak hal pada putri kami. Membacakan buku cerita, mengajarkan doa-doa, mengajarkan berhitung dan seringkali menasihati anak saya dengan akhlak yang baik.

Melihat anak-anaknya, menjadi penilaian dan cerminan buat saya, bagaimana cara ia mendidik anak. Saya melihat anak-anaknya sangat santun dan pintar. Mereka sudah saya anggap seperti anak sendiri. Demikian pula umi, umi mengasuh anak kami dengan penuh cinta dan kasih sayang dan menganggap Nuha dan Zahwa seperti anaknya sendiri.

Bagi kami, Umi adalah orang yang dikirimkan Alloh untuk kami. Alloh mengabulkan doa kami dengan cepat.
Alloh, Sesungguhnya pertolonganMu sangat dekat kepada hamba-hambaMu yang meminta. Terima kasih Alloh, Kau kabulkan apa yang kami minta untuk pengasuh anak kami. Terima kasih Umi, jasa-jasamu tidak akan pernah kami lupakan.

0 komentar:

Posting Komentar