Saudaraku..
Abdullah bin Ahmad rahimahullah pernah menceritakan perihal ayahnya (Imam Ahmad):
“Ayahku terbiasa membaca sepertujuh al Qur’an setiap hari. Ia
mengkhatamkan al Qur’an setiap tujuh hari. Dan iapun mengkhatamkan al
Qur’an setiap tujuh malam. Ia mengakhirkan shalat Isya’, lalu ia tidur
beberapa saat. Lalu bangun dan shalat malam hingga menjelang subuh. Selepas shalat
subuh, ia berdo’a panjang. Setiap hari ia melaksanakan shalat sunnah
sebanyak 300 raka’at. Setelah usianya uzur, dan ia rasakan tubuhnya
mulai melemah, maka ia kurangi separuhnya. Di mana ia shalat sunnah
sebanyak 150 raka’at sehari.”
(Mi’ah kisah min qashashi ash shalihin, Muh bin Hamid Abdul Wahhab).
Saudaraku..
Itulah profil orang tua yang menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bukan hanya teladan dalam meriwayatkan hadits dan membekali diri dengan ilmu. Tapi juga teladan bagi anak-anaknya dalam ibadah dan mengukir prestasi ubudiyah di hadapan-Nya.
Itulah profil orang tua yang menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bukan hanya teladan dalam meriwayatkan hadits dan membekali diri dengan ilmu. Tapi juga teladan bagi anak-anaknya dalam ibadah dan mengukir prestasi ubudiyah di hadapan-Nya.
Dari penuturan putera Imam Ahmad ini, dapat kita petik beberapa buah pelajaran dan manfaat darinya.
• Imam Ahmad, termasuk salah seorang ulama yang mampu mewariskan
keshalihan pribadi dan ilmu pengetahuan terhadap anak-anak dan generasi
sesudahnya. Dan hal ini yang jarang kita temukan pada ulama di zaman
ini.
• Tarbiyah (pendidikan) anak yang dilakukan orang tua dengan
keteladanan, memiliki dampak yang besar dan pengaruh yang terang dan
membekas di hati anak-anaknya.
• Diminta atau tidak. Kita sukai atau tidak. Sepengetahuan kita atau
tidak. Di masa hidup kita atau sepeninggal kita. Pasti anak-anak kita
akan menceritakan kepada orang lain tentang siapa kita di matanya. Baik
dari sisi positif maupun dari sisi negatifnya.
• Imam Ahmad adalah merupakan tipe orang tua yang sangat dicintai dan
dibanggakan oleh anak-anaknya. Berbeda dengan kita. Barang kali mereka
lebih mengenal kita dari kepribadian tercela; pelit, malas ibadah, tak
mampu meredam emosi dan yang senada dengan itu.
• Kelebihan yang dimiliki oleh Imam Ahmad, mampu mengkhatamkan al
Qur’an setiap tujuh hari dan setiap tujuh malam serta mampu melakukan
shalat sunnah sebanyak 150 sampai 300 raka’at dalam sehari, merupakan
karamah yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang shalih dan
dicintai-Nya. Yang tak mungkin dilakukan oleh kita yang jauh di bawahnya
dari kwalitas iman dan ubudiyahnya.
• Karamah, bukanlah seperti yang dipahami oleh sebagian kaum
muslimin, seperti kemampuan seseorang untuk melakukan shalat Jum’at di
masjidil haram. Berlari di atas air. Terbang di udara. Memiliki
kemampuan untuk meramal nasib seseorang dan seterusnya. Karena hal itu
semua termasuk dalam katagori sihir. Karena diperoleh dengan jalan
menjauhi berbagai aturan dan syari’at agama. Berbeda dengan karamah,
yang tidak bisa diraih terkecuali dengan taqarrub kepada Allah swt.
• Berdekatan dengan kalamullah dan shalat malam serta do’a merupakan
amalan istimewa di hadapan Allah. Yang dengannya Dia mencintai kita dan
mengelompokkan kita menjadi ahlullah dan hamba-hamba khusus-Nya.
Saudaraku..
Bagaimana pendapat kita, apa yang selama ini dan akan dibicarakan anak-anak kita di belakang kita? Apakah mereka menceritakan kebaikan dan keteladanan kita dalam keluarga? Atau justru sebaliknya, menceritakan keburukan dan sisi-sisi gelap kehidupan kita dalam keluarga. Wallahu a’lam bishawab.
Bagaimana pendapat kita, apa yang selama ini dan akan dibicarakan anak-anak kita di belakang kita? Apakah mereka menceritakan kebaikan dan keteladanan kita dalam keluarga? Atau justru sebaliknya, menceritakan keburukan dan sisi-sisi gelap kehidupan kita dalam keluarga. Wallahu a’lam bishawab.
Oleh : Ustadz Abu Ja'far
0 komentar:
Posting Komentar