Sabtu, 24 November 2012

Wahai Para Guru, Renungkanlah

Hyme Guru

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua Baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sbagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
tanpa tanda jasa


Lagu yang dikarang oleh Sartono ini, dipersembahkan untuk siapa? Bagi guru tentunya. Namun guru yang mana? dan yang bagaimana? Yuk... disimak. Apakah anda termasuk tipe guru yang dimaksud oleh lagu itu.

Menurut pengamatan saya sejak  masih sekolah hingga sekarang, ada beberapa tipe guru saat mengajar di kelas.

Tipe guru pertama : Guru Jadul (Kepanjangan dari Guru Jarang Duduk di Kelas)
Jadul di sini bisa diartikan Jaman Dulu atau bisa diartikan Guru Jarang Duduk di Kelas.
Ciri-cirinya :
- Orangnya nyantai.
- Jarang datang ke kelas.
- Kalaupun datang, hanya beberapa menit saja buat ngabsen dan sedikit kasih materi, setelah itu ninggalin kelas.
- Murid-murid biasanya hanya dikasih tugas, kerjain soal atau mencatat.

Saya pernah mengalami tipe guru yang seperti ini. Biasanya guru ini menunjuk sekretaris kelas supaya menulis di papan tulis dan kita menyalinnya di buku. Kegiatan belajarnya seputar mencatat, mengerjakan soal atau mengerjakan tugas. Saya sendiri tidak mengerti, apa alasannya guru itu sering meninggalkan kelas. Waktu itu sih, saya dan teman-teman asyik-asyik aja mengerjakan itu semua. Tapi semenjak saya jadi guru, saya baru sadar, tipe guru ini adalah tipe guru yang melalaikan tugas dan tanggung jawab. Jadi... kalau jaman sekarang masih ada tipe guru yang seperti ini. Gak salah dong kalau kita bilang guru Jadul.

Tipe guru kedua: Guru Kampungan (kepanjangannya =Kasih Materi, PR, Ulangan )
Tipe guru ini masih lebih baik dibandingkan guru Jadul. Guru ini masih punya tanggung jawab dalam mengajar di kelas. Bagaimana ciri-ciri guru kampungan?
Ciri-cirinya adalah:
- Orientasinya adalah materi. Kejar materi sesuai dengan program pengajarannya.
- Yang penting ngajar (gugur kewajiban) Mau murid mengerti materi yang diajarkan atau tidak, yang penting dia sudah menyampaikan materi.
- Kurang bisa membangun komunikasi dengan murid.
- Kalau materi ada yang tertinggal, kasih tugas atau PR.
- Setelah materi habis langsung kasih ulangan.

Saya pernah diajarkan guru yang tipe seperti ini. Guru ini asyik sendiri ngajar di depan kelas. Sedangkan murid-muridnya malah asyik ngobrol, ada juga yang melamun, ada yang coret-coret kertas atau ada yang pura-pura menyimak. Kalau ada guru yang seperti ini, jangan dibilang guru kampungan ya... Wah... bisa-bisa gurunya marah tuh!

Tipe guru ketiga : Guru Kota (Kreatif, Organisator, Terampil dan Administrator)
Dengan adanya kenaikan gaji/tunjangan bagi guru PNS dan ditambah lagi dengan adanya sertifikasi guru,  Selayaknya tipe yang ketiga yang menjadi karakter guru-guru sekarang ini.
Ciri-cirinya :
- Pembelajaran dikemas dengan menarik.
- Selalu ada cara yang baru dalam pengajarannya.
- Bisa mengatur atau memanage kelasnya dengan baik.
- Kegiatan belajar tidak monoton.
- Membangun komunikasi dua arah dengan murid-muridnya.
- Terampil dalam mengajar.
- Perencanaan dalam mengajar sangat matang.
- Hasil belajar siswa memuaskan.
- Motivasi belajar siswa bagus.
- Administrasi guru baik, karena sebelum mengajar dia sudah punya rambu-rambunya (Program Pengajaran, RPP dan Silabus)

Wahai rekan-rekan guru, Istilah-istilah yang digunakan bukan untuk merendahkan atau mengecilkan peranan guru. Saya berharap, tulisan ini dapat menjadi refleksi buat kita semua.  Untuk tipe guru jadul sama kampungan, sepertinya sudah tidak cocok lagi untuk jaman sekarang ini. Cukuplah generasi saya dan teman-teman yang menjumpai 2 tipe guru ini.

Wahai bapak/ibu guru. Tugasmu sangatlah mulia. Janganlah engkau menjadi guru nyasar, ketika memilih menjadi guru karena sudah tidak ada alternatif lain karena semakin sempitnya lapangan pekerjaan. Atau disebut guru bayar, yang bersemangat mengajar pada awal-awal bulan, di luar itu semangatnya melemah. Jadilah guru Sadar, yaitu guru yang sadar betul akan fungsi dan perannya. Guru yang tidak hanya mentrasfer materi semata, tetapi ia juga mentransfer semangat bahkan menginspirasi. Guru sadar memfasilitasi para siswanya untuk membangun karakter. Guru sadar laksana orangtua bagi para siswanya. (Aris Setiawan, Republika)

Diakhir tulisan ini, saya ingin berbagi cerita tentang seorang guru yang sangat membekas dalam pikiran saya.

Sebut saja guru itu namanya Pak S. Dia bercerita tentang dirinya, bahwa menjadi guru bukanlah pilihan hidupnya. Bisa dikatakan menjadi guru yang terpaksa. Keinginannya sebenarnya ingin menjadi insinyur. Pak S ini mengajar matematika SMP. Setiap Pak S mengajar, pasti murid-muridnya tidak luput dari hukuman, baik fisik maupun dengan non fisik. Saya pun pernah diketok tangannya saat saya tidak bisa menjawab soal matematika. Kata-kata yang merendahkan siswa seringkali terlontar dari mulutnya. (Bego, tolol, otaknya di dengkul dll).

Setiap ia masuk kelas, kami semua tidak berani bersuara. Suasana menjadi tegang dan menakutkan. Pernah saya dengar, ada teman saya yang pingsan ketika jam pelajarannya dia.

Adakah efek dari seorang guru matematika seperti pak Sinaga ini?

Sejak saat itu sampai sekarang, saya sangat tidak menyukai pelajaran matematika. Bagi saya pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan.

Semoga para guru benar-benar sadar akan peranannya.  Mereka adalah motor penggerak untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang cerdas, berhati nurani yang baik serta memiliki jiwa kepemimpinan bagi dirinya maupun lingkungannya.  Wallahu 'Alam Bisshowab.

Saya ucapkan untuk seluruh guru di nusantara..... "Selamat Hari Guru"..........

0 komentar:

Posting Komentar